sudah terlalu lusuh usiaku
roda waktu yang berputar
dimakan karat besi
mataku kabur pada kabus membalut
gunung pengalaman
cinta kekasih bersalut ragu dan gundah
aku sendiri
memagut masa-masa sepi dan pedih
air mata yang menderas
pada pipi yang mulai kendur
keindahan tubuh-tubuh ranum
di padang ingin
sudah berlalu merembang senja
menggiring cemeti sayidina ali
ya Illahi ya Rabbuljalil
dapatkah aku kembali tersenyum
bila melihat mawar sa'di di taman hayat
bolehkah aku mengecap nikmat
kecapi burung-burung syurgawi
antara nun dan mim
senyum tagihan cinta dan
waktu untuk bersama
anak-anak muda yang mulai hilang mesra
keanakannya, airmata atau beberan
Ilahi, aku mencari-Mu
dalam ayat-ayat suci-Mu
di tengah kehilangan
dan kejip obor umur
kian mengecil
adakah pingai dahulu
masih mengenal usiaku?
adakah sungai dingin dahulu
masih dapat mencium bau tubuhku?
bulan sabit di langit sepi sang salik
masihkah sahabat maklumi
kias iktibar perlakuan
gerak bibir kunfayakun
album usia yang robek
cinta insani yang dikebiri
tak betah tak bertanda
selain nafsi diri.
(Kemala, Kumpulan Puisi Mim, DBP 1999)
roda waktu yang berputar
dimakan karat besi
mataku kabur pada kabus membalut
gunung pengalaman
cinta kekasih bersalut ragu dan gundah
aku sendiri
memagut masa-masa sepi dan pedih
air mata yang menderas
pada pipi yang mulai kendur
keindahan tubuh-tubuh ranum
di padang ingin
sudah berlalu merembang senja
menggiring cemeti sayidina ali
ya Illahi ya Rabbuljalil
dapatkah aku kembali tersenyum
bila melihat mawar sa'di di taman hayat
bolehkah aku mengecap nikmat
kecapi burung-burung syurgawi
antara nun dan mim
senyum tagihan cinta dan
waktu untuk bersama
anak-anak muda yang mulai hilang mesra
keanakannya, airmata atau beberan
Ilahi, aku mencari-Mu
dalam ayat-ayat suci-Mu
di tengah kehilangan
dan kejip obor umur
kian mengecil
adakah pingai dahulu
masih mengenal usiaku?
adakah sungai dingin dahulu
masih dapat mencium bau tubuhku?
bulan sabit di langit sepi sang salik
masihkah sahabat maklumi
kias iktibar perlakuan
gerak bibir kunfayakun
album usia yang robek
cinta insani yang dikebiri
tak betah tak bertanda
selain nafsi diri.
(Kemala, Kumpulan Puisi Mim, DBP 1999)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan